Ekspresi Blogger untuk Kasus Buni Yani

Buni Yani adalah tokoh viral yang namanya mulai dikenal sejak mengunggah video berisi pidato Ahok. Namanya semakin terkenal ketika ia dilaporkan ke Mabes Polri sebagai orang yang menyebarkan video dengan dugaan melanggar undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Namanya akan tetap tercatat dalam sejarah karena melalui perannya, banyak hal yang terungkap untuk direvolusi, sebagaimana yang digaungkan pemerintah “Revolusi Mental”. Namun bilamana Revolusi Mental jika yang terlihat saat ini, banyak keberpihakan yang menyudutkan program Agama mayoritas daripada program-program komunitas kaum yang merusak pancasila.

Maka disinilah pembahasannya, yang mari mengingat kembali soal Buni Yani.
Buni Yani bagi ummat Islam adalah Pahlawan tanpa tanda Jasa. Melalui keberaniannya, ummat Islam tau jika ayat sucinya dihina. Maaf, bukan berniat ingin menyinggung SARA, jika-pun dianggap demikian maka tanyakannya karena apa tulisan ini ada. 

Sudah menjadi konsumsi public dan penting untuk menjadi kajian, karena ayat suci itu harus tetap suci, sebagaimana pemerintah era Jokowi yang kini seolah-olah menjadi pahlawan kesiangan sedang berjuang mensucikan Pancasila.

Pancasila sebagai dasar Negara yang sebagai ummat Islam sangat kita cintai. Kita cintai karena dengan adanya pancasila, maka semua ummat bebas berdakwah.  Berdakwah dengan beragam cara, asalkan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadist serta Ijma’ dan Qiyas.
•    Ummat Islam yang sangat toleransi dalam menyebarkan syiar agamanya.
•    Ummat Islam yang selalu bersabar ketika ummat lain menghinanya dengan cara halus merusak akidahnya.
•    Ummat Islam yang kini merasa dizhalimi dengan pembubaran ormas-ormas dakwah yang konon dianggap menentang pancasila.
•    Ummat Islam yang kini merasa terfitnah karena ormas-ormasnya menentang Pancasila.
•    Ummat Islam yang kini tiada berdaya, mau melawan dengan cara apa.
Dengan cara apa melawan takdir di Negara yang melupakan sejarah terkait perjuangan ulama-ulama yang mendukung Pancasila. Ulama-ulama yang meneriakkan “Allahuakbar” seperti dalam kisah areq-arek Surabaya.

Maka Disinilah Kami mengingat BUNI YANI 
Ummat Islam yang kini tiada berdaya, mau melawan dengan cara apa. Melawan takdir di Negara yang melupakan sejarah terkait perjuangan ulama-ulama yang mendukung Pancasila. Ulama-ulama yang meneriakkan “Allahuakbar” seperti dalam kisah areq-arek Surabaya. Maka Disinilah Kami mengingat BUNI YANI .

Buni Yani, dalam perjalanan kasusnya, yang tak gentar berhadapan dengan hukum, setelah dituduh menyebarkan video yang disertai transkrip pernyataan kontroversial Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Seorang Gubernur yang terlihat nyata dibela oleh Presiden.

Bukti pembelaan yang sangat terlihat memihak itulah yang kini menuntut ummat Islam harus berjihad, karena mengingat kembali Ummat Islam yang kini tiada berdaya, mau melawan dengan cara apa. Melawan takdir di Negara yang melupakan sejarah terkait perjuangan ulama-ulama yang mendukung Pancasila.
Maka mengingat kembali Buni Yani, maka disinilah letak pentingnya bersatu. Bersatu dengan cara-cara Pancasila. Cara-cara hukum Negara Republik Indonesia. Lalu bagaimana caranya, wong kita selalu diintip oleh Cyiber Crime?.

Polisi Cyiber Crime juga mayoritas ummat Islam. Mereka pasti menghargai dan merasakan sesuatu yang tidak adil di negara yang sudah memberikan kebebasan berekspresi ini.
Negara yang kini sedang terlihat lebih memprioritaskan Pembubaran Ormas daripada mengaplikasikan kejujuran Dana Desa

Negara yang kini sedang terlihat lebih memprioritaskan Perpu Pemilu daripada Peluang-Peluang KKN
Baca : Buni Yani Jangan Dilupakan
Negara yang kini dipimpin oleh??? Jawab Sendiri.
Karena melalui cara Buni Yanilah, minimal kita berjuang melawan. Hanya dengan berekspresi untuk mengeluarkan sesuatu yang menyakitkan meskipun kurang dibela oleh negara ini

Buni Yani yang hanya mengunggah video, dibuat repot, seolah-olah dibuat berkasus, lalu bagaimana dengan para Blogger? Para Facebooker? Para Twiterr? Koncinya adalah niat, persatuan, kesatuan melawan oknum siapa yang sesungguhnya tidak paham dengan pancasila.

Bukan hanya persoalan pancasila tentunya, tapi ini persoalan melawan ketidakadilan dan prioritas kemana arah bangsa ini. Arah bangsa yang sebagaimana ciutan ekspresi rakyat, baik di blogger, Facebooker, Youtuber, Twiterrer dan apapun namanya.

Apa yang dilakukan oleh Buni Yani juga merupakan Ciutan dari Medsos. Dalam hal ini Youtube. Buni Yani menjadi viral sejak mengunggah video berisi pidato Ahok. Namanya semakin terkenal ketika ia dilaporkan ke Mabes Polri sebagai orang yang menyebarkan video dengan dugaan melanggar undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Sejak saat itulah Namanya akan tetap tercatat dalam sejarah karena melalui perannya, banyak hal yang terungkap untuk direvolusi, sebagaimana yang digaungkan pemerintah “Revolusi Mental”. Namun bilamana Revolusi Mental jika yang terlihat saat ini, banyak keberpihakan yang menyudutkan program Agama mayoritas daripada program-program komunitas kaum yang merusak pancasila.

Oleh sebab itu mari mengkajinya, singkatnya cari sendiri, asal pemerintahan Jokowi marah terhadap Buni Yani dan ormas Islam adalah gara-gara kasus Ahok. Baca saja arsipnya. Mudahan-mudahan tidak dihapus. Atau sudah saya copykan, yang jelas kami copas dari https://indonesiana.tempo.co/read/88011/2016/09/04/gunromli/anak-anak-yang-diperalat-hizbut-tahrir

Berikut Kami Bold Bunyinya :
Hari ini, Hizbut Tahrir demo menolak 'pemimpin kafir' yang menurut mereka haram. Sasaran mereka siapa lagi kalau bukan Ahok. Karena demo mereka di Jakarta, bukan di Istanbul Turki, yang Pemerintahannya di bawah kendali Erdogan, sedang mesra kembali dengan Israel.

Saya heran, mengapa Hizbut Tahrir mengurusi Pilkada DKI, dapat proyek berapa mereka? Siapa yang memberi mereka proyek? Berapa dananya? Karena mobilisasi massa dengan bus-bus dan kendaraan-kendaraan lainnya membutuhkan duit bukan doa.

Saya sebut Hizbur Tahrir sedang menerima order bayaran, karena mereka masih menyoal 'muslim' dan 'kafir' bagi pemimpin DKI. Padahal bagi mereka, Pilkada DKI dan segala hal-ihwal yang terkait dengan produk demokrasi: haram dan kafir.

Jadi, meski pemimpin yang muslim sekali pun yang terpilih di Pilkada DKI, tapi karena Pilkada DKI adalah produk demokrasi yang kafir bagi Hizbut Tahrir, maka pemimpin itu tetap produk kafir. Kalau Hizbut Tahrir demo dengan seruan "Tolak Pilkada DKI", "Tolak Pemilu", "Tolak Demokrasi", "Tolak Pancasila dan UUD 45", maka suara demo-demo ini murni suara mereka, bukan orderan. Tapi selama mereka masih menyoal agama pemimpin, bukan menolak Pemilu yang merupakan produk demokrasi, maka, demo-demo mereka tak lebih dari orderan dan bayaran.

Bagi Hizbut Tahrir, demokrasi dan segala produknya ya kafir. Demokrasi adalah pabrik kekafiran, apapun produk yang keluar darinya, ya produk kafir. Produk kafir ya kafir, kafir ya haram. Tapi jangan salah duga, mereka tidak suka yang kafir dan haram: mereka juga paling doyan produk kafir. Buktinya, mereka doyan propaganda lewat Facebook dan WhatsApp (WA) serta google. Ohya, HP2 yang mereka pakai pastilah produk-produk China dan begitu pula dengan mainan anak-anak mereka. Semua produk orang kafir.

Tapi yang paling menyesakkan dari demo Hizbut Tahrir itu, mereka peralat anak-anak sebagai propaganda. Bila anak-anak ISIS diajari pegang senjata dan membunuh, maka anak-anak Hizbut Tahrir diajarkan pegang spanduk-spanduk propaganda dan mengkafirkan. Inilah lahan yang subur bagi radikalisme, selangkah lagi akan jadi terorisme.

Kepada anak-anaknya sendiri saja mereka tidak sayang, mereka peralat atas nama agama dan Tuhan---yang sebenarnya demi egoisme mereka sendiri dan fanatisme pada kelompoknya---bagaimana terhadap manusia-manusia lain, yang berbeda agama, suku, nasionalisme?
Melihat kawanan Hizbut Tahrir kita melihat anak-anak yang tak lagi lucu, tapi bagian dari propaganda yang mencemaskan.

Apakah Pemerintah ada kepedulian untuk menghentikan kegilaan ini? Anak-anak yang sudah dirusak dengan propaganda, berarti tak ada masa depan lagi bangsa ini.
Oleh : Guntur Romli, Sumber : Tempo

Di dalam tulisan yang diposting pada Minggu 04 September 2016, kesan muak dan marah terhadap HTI dan ormas-ormas lainnya terlihat nyata. Mungkin itu sebabnya pemerintah bikin repot HTI dan ormas-ormas Islam lainya. Entahlah, namun sebagai orang yang cinta sama pancasila, mari kita bandingkan. Mana yang lebih merusak Negara Kesatuan RI dengan perbandingan sebagai berikut

Satu saja. Mana yang lebih merusak generasi NKRI / Ideologi Pancasila : Ormas yang berjuang menghancurkan Pabrik Maksiat (Pabrik Miras) atau Ormas (HTI) yang hanya berdakwah tentang Kepemimpinan Khalifah???

Terserah jawaban Anda. Yang jelas kami merasakan bahwa pemburana Ormas, kasusnya terlihat dilebih-lebihkan, ya. Lumayan bikin repot HTI. Ya Kan? Disamping itu, jika saya (semoga saja tidak) adalah bosnya para pemasok miras, maka saya siap nyumbang untuk membubarkan HTI dan ormas-ormas Islam lainya.

Comments

Popular

Buni Yani, Terjerat dari ayat Suci? Kok Dilupakan?

Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya NU

Mengharukan Kisah Ustadz Felix, "Banser Berorot Setega Itukah Dirimu???"